Perubahan Pola Konsumsi Berita di Kalangan Generasi Z: Dari Korporat Media ke Konten Sosial

Generasi Z (lahir 1997-2012) memiliki cara unik dalam mengakses berita—sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Jika generasi Baby Boomers atau Gen X mengandalkan koran dan televisi, Gen Z justru lebih banyak mendapatkan informasi dari media sosial, platform video pendek, bahkan meme.
Perubahan ini tidak hanya memengaruhi cara mereka mengonsumsi berita, tetapi juga berdampak pada kredibilitas informasi, polarisasi opini, dan tren jurnalisme masa depan. Lalu, seperti apa sebenarnya pola konsumsi berita Gen Z? Apa implikasinya? Mari kita telusuri!
1. Gen Z Lebih Suka Berita Cepat & Visual
Dominasi Konten Singkat (Short-Form Content)
Gen Z lebih tertarik pada:
- Video pendek (TikTok, Instagram Reels, YouTube Shorts)
- Infografis (Instagram carousel, Twitter threads)
- Meme & format kreatif yang mudah dicerna
Contoh:
- Berita politik di TikTok dengan durasi 15 detik lebih menarik bagi Gen Z daripada artikel panjang.
- Penjelasan isu ekonomi lewat infografis di Instagram lebih mudah dipahami.
Fokus pada “Headline & Highlight”
Kebanyakan Gen Z tidak membaca berita secara mendalam—mereka hanya:
- Scroll cepat di media sosial
- Baca judul atau caption
- Tonton 10 detik pertama video
Dampaknya:
- Informasi sering tidak utuh.
- Risiko salah paham karena tidak baca keseluruhan konteks.
2. Media Sosial Jadi Sumber Utama (Bukan Situs Berita)
Algoritma > Media Mainstream
Gen Z lebih percaya pada:
- Akun influencer atau content creator yang mereka ikuti
- Trending topic di Twitter/X
- Konten viral di TikTok/Instagram
Fakta Menarik:
Baca Juga :
- 55% Gen Z di AS mengaku dapat berita dari TikTok (Reuters Institute, 2023).
- Hanya 12% yang rutin mengunjungi situs berita resmi.
Trust Issue pada Media Konvensional
Banyak Gen Z skeptis terhadap media mainstream karena:
- Dianggap terlalu bias politik.
- Formatnya membosankan (terlalu formal dan panjang).
3. Gen Z Lebih Tertarik pada Isu Tertentu
Topik yang Paling Sering Dikonsumsi:
- Lingkungan & Perubahan Iklim (#SaveTheEarth, isu sampah plastik)
- Mental Health & Kesejahteraan (self-care, work-life balance)
- Hak Sosial & Kesetaraan (#BLM, LGBTQ+, feminisme)
- Teknologi & AI (perkembangan ChatGPT, robotika)
Kurang Tertarik pada:
- Berita politik tradisional (kecuali yang berdampak langsung pada mereka).
- Liputan selebritas “zaman dulu” (lebih suka bintang media sosial).
4. Dampak Perubahan Pola Konsumsi Ini
Keuntungan:
- Informasi lebih cepat & mudah diakses.
- Suara anak muda lebih didengar (lewat viralitas di media sosial).
- Media tradisional dipaksa berinovasi (misal: buat konten Reels/Short Videos).
Risiko:
- Hoaks & misinformasi lebih mudah menyebar (karena kurang verifikasi).
- Efek ruang gema (echo chamber)—Gen Z hanya dapat informasi yang sesuai dengan pandangan mereka.
- Kurang kedalaman pemahaman karena jarang baca analisis mendalam.
5. Bagaimana Media & Generasi Z Bisa Beradaptasi?
Bagi Media:
- Buat konten lebih visual & interaktif (video, podcast, quiz).
- Kolaborasi dengan kreator muda untuk menjangkau Gen Z.
- Gunakan platform yang digemari Gen Z (TikTok, Discord, Snapchat).
Bagi Gen Z:
- Verifikasi sebelum share—cek sumber & fakta.
- Ikuti juga media berita kredibel (meski tidak semenarik konten viral).
- Cari perspektif berbeda agar tidak terjebak dalam satu sudut pandang.
Kesimpulan: Masa Depan Berita Ada di Genggaman
Gen Z telah mengubah lanskap konsumsi berita—dari format panjang ke konten singkat, dari media resmi ke platform sosial. Tantangannya adalah menjaga kualitas informasi di tengah banjir konten cepat.
Yang Bisa Dilakukan Sekarang:
- Media: Beradaptasi dengan gaya Gen Z tanpa mengorbankan akurasi.
- Gen Z: Lebih kritis dan aktif cari sumber terpercaya.
- Orang Tua/Guru: Ajarkan literasi digital sejak dini.